Ketum Aliansi SNI Turut Bicara Dispendik Juara Klasmen Peringkat Dua Dari APBD

oleh -2 Dilihat
oleh

Jawa Timur (Globaldrafnews.com) – Sistem pendidikan nasional kembali menuai kritik. Kali ini kritik datang bukan dari tenaga pendidik atau aktivis pendidikan. Raden Teguh Firmansyah, Aktivis yang tergabung di Aliansi Setia Nawaksara Indonesia(SNI) saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi bersama rekan media di warung kopi Rogojampi, Minggu (6/11/2022).

Menurut Raden, ada yang salah dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya Banyuwangi. Ia menilai pendidikan lebih menitikberatkan kecerdasan kognitif dan melupakan kecerdasan emosional. Tolak ukur kecerdasan terletak pada nilai hasil ujian, bukan pada proses siswa mendapatkan nilai tersebut.

“Ada yang salah dengan dunia pendidikan kita saat ini. Pemerintah menerapkan standardisasi, artinya, pendidikan kita berorientasi memacu anak-anak pintar secara intelektual saja,” kata Raden.

Sistem pendidikan seperti itu, kata Raden, hanya akan mendorong siswa fokus pada hasil akhir. Padahal, seharusnya pemerintah dapat membuat sistem pendidikan yang membangun kecerdasan emosional siswa agar dapat berperilaku jujur sejak bangku sekolah.

Raden juga sentil terkait anggaran pendidikan yang saat ini gema adanya olahan anggaran tidak jelas, ia menilai anggaran dinas pendidikan klasmen dua besar seperti liga sepak bola.

“Klasmen liga sepak bola peringkat tertinggi clubnya membanggakan pendukung, tapi kalau klasmen peringkat tertinggi anggaran rakyat yang dimiliki pejabat, sangatlah memicu dugaan korupsi, pastinya merugikan rakyat,” ucap Raden.

Masih sentilan Raden, ” ia menilai dinas pendidikan tidak fukus untuk pendidikannya, hanya fokus hasil APBDnya dalam halnya “hampir juara klasmen hasil anggaran tertinggi,” jelas Raden dalam sindiran pedasnya.

Masih sindiran Raden, ia menilai alokasi anggaran dana Dinas pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Itu sangat rawan sekali dengan KKN, sebab APBD Kab. Banyuwangi Alokasi dananya yang paling besar Adalah Dinas pendidikan saat ini, “dipergunakan boleh tapi jangan dirubah tulisan notanya,” sentillan Raden lagi. (Edi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.